Ada Cerita Lucu di SAMSAT!!! Sungguh di Luar Nalar (Part 2)

Ada Cerita Lucu di SAMSAT!!! Sungguh di Luar Nalar (Part 2)

Ini lanjutannya yang kemarin ya!

Setelah kemarin saya bercerita langkah demi langkah membuat SIM C, bagi saya itu adalah tantangan yang berat. Secara saya adalah warna negara yang patuh peraturan (Sok taat loe).

Yang pernah ngerasain bikin SIM C lewat jalur yang ridhoi, pasti pikirannya sama saya. Susah dan penuh perjuangan. Tapi, yang awalnya saya kurang suka nglewati jalur depan (lebih suka lewat CALO), sekarang malah sebaliknya. Kalo disuruh memilih, sekarang saya lebih baik memilih lewat jalur depan yang susahnya minta ampun tersebut.

Dari semua ujian itu, saya jadi tau caranya berkendara yang baik dan benar. Saya juga bisa tau tentang tata cara berlalu lintas yang ditentukan. Sangat luar biasa efeknya. Jadi kecelakan bisa diminimalisir, meskipun semua musibah itu sudah ditangan allah.

========================================================================

Cerita Baru >>

Setelah sekitar 3-5 bulan, saya diajak saudara untuk membuat SIM baru. Secara saya pikir prosedurnya tetap sama kayak yang dulu saya lakuin. Tanpa pikir panjang langsung saja saya ke tempat pembuatan SIM. Dan disana saya lihat kantornya masih direnovasi dan pengerjaan masih sekitar 60%.

Karena bingung, lantas saya bertanya kepada bapak yang menjaga foto copy di Samsat yang biasnya juga menjual pena.

Saya : Pak, untuk pembuatan SIM baru masih bisa untuk sekarang?

Pak Penjaga : Iya bisa dek, langsung saja kesana (menunjuk ke arah barat)

Langsung saja saya dan saudara bergegas menuju ke lokasi yang ditunjuk tadi. Benar saja ternyata tempatnya sementara memang di pindah. Dan sebelumnya saya dan saudara pergi ke klinik yang berdekatan dengan Samsat untuk melakukan periksa kesehatan sebagai syarat pembuatan SIM baru.
Setelah selesai tes kesehatan, lantas langsung berbegas ke kantor Samsatnya.

Ada Cerita Lucu di SAMSAT!!! Sungguh di Luar Nalar (Part 2)

Parkir sepeda dan langsung saja masuk gerbang. Di tepi kanan gerbang ternyata ada bapak-bapak yang berbaju seperti dinas tapi warnanya hitam, bukan coklat. Karena saya dan saudara memang kurang tau prosedur pembuatan SIM baru, lantas saya bertanya pada bapak-bapak tersebut.

Oh ya, kenapa saya mau bertanya? Karena bapak-bapak tersebut sedang melayani seseorang yang sedang membuat SIM baru juga. Saya pikir ya dia itu petugas, saya dan saudara menunggu saja sampai yang dilayani itu selesai.

Alangkah kagetnya saya saat bapak-bapak itu bilang kepada seseorang yang dilayaninya. Bilangnya itu gini “450 ribu ya!!!” dengan herannya saya sambil bertanya-tanya. Ini maksutnya apa?

Setelah melayani satu orang tadi, selanjutnya bapak itu memanggil saya dan saudara saya. Sambil berbicara dengan suara rendah seperti orang berbisik. “Begini, kalo mau buat SIM baru itu bisa lewat saya, harganya 450 ribu, itu sama saja kok langsung jadi sekarang, tidak usah lama menunggu. Tapi kalo tidak mau ya gpp, gimana?” secara kan saya kaget, mana gak bawa uang sebanyak itu juga. Akhirnya saya menolak, dan langsung pergi kedalam untuk menemui petugas yang asli.

Sesampainya ditempat pendaftaran, saudara saya langsung mengajukan surat kesehatan kepada petugas.

Petugas : Ada apa dek? Mau buat SIM baru ya?

Saya : Iya pak, saudara saya yang mau buat. Itu surat tes kesehatannya (sambil mengasihkan surat tersebut)

Petugas : Ohhh, kalo pembuatan Sim baru untuk sekarang masih belum bisa dek. Ini saja untuk yang perpanjangan SIM masih antri banyak. Masih nunggu teknisi dari Jakarta.

Saya : Kok bisa gitu ya pak, terus gimana ini kalo mau buat SIM baru, nanti kalo ditilang bagaimana? Terus kapan dibuka lagi pembuatan SIM barunya?

Petugas : ya memang belum bisa untuk saat ini. Masih nunggu teknisinya. Paling ya masih lama dibukanya lagi

Saya : Ohhh,, ya udah kalo gitu, permisi pak!

Ada Cerita Lucu di SAMSAT!!! Sungguh di Luar Nalar (Part 2)

Didalam hati sambil ngedumel “kok bisa gitu, gak bisa buat SIM baru, tapi nanti kalo kenak tilang yang disalahin pengendara karena gak punya SIM”.

Yang diherankan disini, kenapa kalo buat SIM baru lewat CALO (bapak-bapak disamping gerbang tadi) itu bisa? Sedangkan kalo mau buat sendiri gak bisa kata petugasnya. Semakin membingungkan lagi, ternyata gak hanya bapak-bapak tadi yang nawarin pembuatan SIM seharga 450 ribu, tapi banyak.


Ya, beginilah negara kita. Susah mau diomongin dah. Mau protes yang pasti saja saya yang kalah. Tapi kalo dibiarin ya akibatnya bisa fatal di kemudian hari.

Pembuatan SIM baru lewat jalur yang benar tidak bisa. Tapi kalo lewat CALO ternyata bisa. (Inilah yang disebut jaman Now)

Saya gak mau nyalahin yang mana. Untuk petugas mungkin karena bangunannya yang masih belum selesai jadi gak bisa memproses pembuatan SIM baru. Untuk CALO ya dia memang berusaha mencari nafkah untuk anak dan istrinya. Ya, gak bisa disalahin juga.

Cerita ini dibuat memang benar adanya, dan saya pribadi tidak mengada-ada karena ini adalah pengalaman pribadi saya sendiri. Tulisan ini juga dibuat hanya sekedar tuangan kata hati saya yang menginginkan angka kecelakaan bisa diminimalisir dan tidak ada lagi korban yang berjatuhan.
Previous
Next Post »